Minggu, 05 Juni 2011

Cerita Semester 4 - Perjalanan menjadi Asisten

Assalamualaikum…
Hai blogie…Alhamdulillah udah selesai final, makanya udah bisa ngeblog lagi. Karena butuh waktu yang agak banyak bagi saya untuk mengisi si blogie. Seluruh tenaga dan usaha telah dikerahkan, sekarang saya cuma bisa banyak-banyak berdoa dan menunggu hasil. Semoga semester ini lebih baik dan ga mengecewakan terutama diri sendiri. Amiinnn…ya rabbal’alamiin.

Oke langsung aja yaa…Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya menjadi asisten lab (bisa dibilang begitu, saya juga gak tau), asisten dadakan dan tidak direncanakan (mungkin ini lebih tepat).

Ceritanya begini (mulai flashback dan mengingat-ingat kembali). Hari itu, Rabu tanggalnya lupa. Sebenarnya hari itu libur khusus untuk jurusan Matematika, tapi karena ada mata kuliah yang pindah jam tayang dan ada tugas yang harus dikumpulkan saat itu juga, kami (Matematika ’09) hadir ke kampus pada hari itu. Nah, ketika saya mempersiapkan tugas dengan teman saya sekitar jam 12.00 siang gitu (kuliah masuk jam 14.00) saya mendapatkan telepon dari nomor yang tidak saya kenal. Dan orang seberang langsung memperkenalkan diri. Kira-kira begini “Hallo, Assalamualaikum. Ini saya ‘Mr. M’ (nama beliau sering kami istilahkan dengan Mr. M), nanti sore bisa ketemu saya di DAO? (tempat beliau bernaung, DAO = nama grup research) ada yang perlu saya omongin … bla bla bla… tut…tuutt..tuuuttt” (end). Setelah itu hidup saya jadi tak tenang (lebay), ya begitulah saya, kalo ada sesuatu yang mendadak seperti itu dan baru pertama kali pasti saya jadi ketakutan, komat kamit sendiri gak karuan. Terus timbul berbagai pertanyaan-pertanyaan bodoh dan pemikiran-pemikiran aneh. Dan yang saya heran, bapak itu tau dari mana no. handphone saya?! (tapi sekarang sudah terjawab).

Singkat cerita, sore pun tiba. Dan saya menemui beliau di DAO. Sesampainya disana, saya macam anak sangak (bego in bahasa). Apa nggak, ketika sampai disana beliau sedang santai-santai ditangga luar eks.BNI dengan rekannya, dosen juga sebut saja Pak Sam. Mereka sedang seru-serunya membicarakan ntah apa, bisnis kadang atau mungkin sedang membicarakan penurunan rumus-rumus yang masih dianggap misteri, saya juga ga tau. Mau gimana lagi, saya terpaksa membuyarkan bisnis mereka dengan usaha sesopan-sopannya (padahal dalam hati gengsi mati). Setelah itu langsung si pelaku mengajak saya berbicara 4 mata (bwhahaa…istilahnya, han ek ta khem).

“Begini…jeng…jeng…jeng…ba…bi…bu…ta…ti…tu…da…di…du…” (percakapan antara saya dan Mr. M, gak sanggup nulis semua dan udah banyak yang lupa) intinya beliau meminta saya jadi asisten lab untuk praktikum mata kuliah Bahasa Pemrograman anak Matematika angkatan 2010 titik. Whooaaaa…kenapa saya?! Kenapa gak mahasiswa lain yang lebih jago, lebih berkompeten, lebih berpengalaman, dan pokoknya lebih segalanya dibanding saya yang masih anak bawang kemarin sore yang jam terbangnya masih jauh dari garis start. Tapi dengan polos dan bodohnya saya menerima tawaran itu (sebenarnya saya sudah menolak), tapi sepatah saya berkata, sebakul (masih kecil) se…se…segunung beliau membalas (yang kenal dengan beliau pasti tau). Dan ternyata, kenapa saya yang dipilih? Jawabannya karena mahasiswa lain yang udah pernah menjadi asisten beliau pada menolak semua, kenapa? tanya aja sendiri kepada mereka. Oleh karena itulah saya menuliskan di atas tadi ‘asisten dadakan dan tidak direncanakan’.

Setelah, keluar dari tempat itu, pembacaan mantra saya dilanjutkan, kali ini lebih parah! Sepanjang jalan menuju parkiran, mulut saya ga henti-hentinya komat kamit, berjalan sambil terhuyung-huyung (ini istilah apa lagi?!). Berbagai pemikiran aneh keluar, makian buat diri sendiri ga kalah heboh. Saya galau segalau-galaunya (kayak kena PHK aja). Saat itu pengin sekali saya menumpahkan rasa galau itu ke teman-teman saya (HoR), tapi berhubung waktu udah sore dan kampus memang sepi karena hari itu libur (khusus untuk jurusan Matematika)jadi mereka sudah duluan pulang. Senyum paksa yang saya lemparkan ketika melihat teman seangkatan saya yang berada di seberang sana tepatnya di koridor menuju dekanat, itu pun kayaknya terjadi di luar kesadaran. Saya pun berkeinginan menceritakan ke dia, sebut saja teteh (nama panggilan populer dia di kampus), setidaknya saya sudah berbagi beban sedikit ke dia. Tapi apa boleh buat, dia juga sedang berbincang-bincang dengan temannya yang lain disana. Maka niat itu saya urungkan, sampai akhirnya saya pun tiba di tempat saya parkirkan motor, yaitu di Pemaf (Pemerintah Mahasiswa Fakultas/BEM). Nah, disini ada kejadian yang menurut saya lucu abis kalo diingat-ingat, hahaa… memalukan! (hal yang sangat langka dan ga pernah-pernah terjadi sebelumnya) sudut Pemaf yang ga pernah terlupakan. Malas kalo ceritain bagian ini cukup untuk diingat-ingat aja. Maap yee…hehe :”>

Sebenarnya menjadi asisten Bahasa Pemrograman itu memang impian saya. Tapiiii…baca baik-baik, tapi bukan untuk semester ini, saya merasa siap menjadi asisten ketika saya berada di tahun ketiga saya berkuliah tepatnya semester 6. Dan entah kenapa beban ini terlalu cepat dilimpahkan kepada saya. I don’t understand, la afhamu, wakarimasen, hana meuphom cit lon. Mungkin inilah yang namanya rahasia Ilahi (udah kayak sinetron aja, hahaa).

Dan setelah beberapa hari kemudian, Mr. M memberi tau saya bahwa kita akan berduet dalam paraktikum Bahasa Pemrograman. Wowww…ini…ini…ini hal yang ga pernah terjadi sebelumnya di jurusan Matematika, “Saya juga heran, kenapa semester ini saya mengalami penolakan terus-menerus dari mahasiswa-mahasiswa bimbingan saya”, begitulah perasaan kecewa si Mr. M (kok udah kayak curhat ya?! Kasiaaann…:P). Ya, mau tidak mau saya harus mau berduet, karena saya sudah teken kontrak dengan beliau (Kontrak? Film kalee :D).

Di hari-hari berikutnya, hidup saya benar-benar ga tenang. Saya juga tidak menceritakan ke orang rumah kalo anak yang mereka anggap ga bisa apa-apa ini (lebih tepatnya dianggap ga pernah bisa mandiri) ternyata menjadi seorang asisten. Huaa…huaa…kalo dipikir-pikir aneh ya, karena saya sendiri juga ga percaya. Malam itu juga terjadi hal bodoh lagi akibat sikap saya sendiri (efek dari galau sebenarnya), yang menambah cap saya sebagai anak kecil. Cap “You’re like a baby” belum bisa saya hilangkan dari orang rumah untuk saya. Malah setelah kejadian itu, rasanya cap itu makin permanen menempel di jidat saya. Gak enak banget kan?! Padahal udah setua ini masih dibilang baby, pengin sekali saya teriak “I’m not baby anymore!!” , tapi percuma saja, sudah terlanjur. Saya juga sempat menulis di blog tentang kegalauan ini yang judulnya “Gak terima” tapi udah saya hapus, karena kalo dibaca postingannya cuma seuprit. Kenapa bisa? Karena ga terpost. Jawaban yg benar, anda pinter…hahaa…begini, sebenarnya saya udah menceritakan panjang x lebar x tinggi malam itu, tapi hasilnya NIHIL. Postingan itu gak terpost saudara-saudara. Karena apa? Karena saya mempost ceritanya lewat HP, ntah kenapa malam itu sinyalnya “baiiikk kali” ditambah mati lampu plus batere HP mulai cekat cekit minta makan, pokoknya semua betingkah pada malam itu, lengkap sudah penderitaan. Tapi di sela-sela itu, saya mendapatkan sebuah status dari seorang teman saya melalui akun FB yang mengatakan seperti ini “Kita akan mendapati kebaikan yang besar dalam kesabaran kita menerima apa yang kita tidak suka”. Sekali baca ga ngerti (huu…dasar, payah!), trus saya ulangi berkali-kali akhirnya saya mengerti maksud dari status ini. Wooowwww…super sekali, seketika semangat saya jadi on lagi. Dan saya pun mencatat status itu di buku note kecil yang selalu saya bawa kemana-mana .^_^.

Oke, sampailah pada saat itu. Saya pun mulai menghitung minggu. Kira-kira berapa  lama lagi saya akan membebani status ini. Namun, di tengah-tengah saya menajdi asisten, saya mulai enjoy dan menikamti dengan kegiatan ini, ya walaupun ada kejadian-kejadian lucu pada saat saya menerangkan, mulai dari gugup, lupa algoritma, berlibet waktu ngejelasin (keluar lagi istilah aneh T__T), sampai stuck karena di skak match sama seorang mahasiswa kunyuk itu. Hahaaa maap ya bagi yang merasa, sebenarnya apa yang dia bilang itu benar, saya aja yang bodo, babo + bakka. Hahaaa…(salut buat dia). The real programmer udah kelihatan darinya.

Dan akhirnya beban saya pun sebagai asisten telah berakhir, nilai sudah saya kirim ke Mr. M, saya sangat berharap anak-anak didikan saya (walau hanya sekedar praktikum) bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Karena saya juga akan ikut bangga jika mereka mendapatkan nilai yang bagus =).

Ya, ternyata banyak pengalaman yang menyenangkan dari kejadian tersebut, mulai dari dikenal sama dosen (Mr. M) yang menurut orang-orang beliau adalah dosen yang sangat payah + susah untuk diajak kompromi, sampai-sampai saya pun dinobatkan oleh mereka-mereka sebagai anak Mr. M. Lalu saya juga dikenal sama adek-adek leting, yang saya sendiri sebenarnya agak malas untuk hal-hal seperti ini, karena saya menganut prinsip tidak ingin dikenal, mengenal, dan jadi terkenal. Tapi kenyataannya semua telah terjadi, the show has just begun, hehe…

Abis deh ceritanya. Sekian dulu yaa…udah capek nih mikir apalagi. Pengalaman yang tak terlupakan deh pokonya, terima kasih bagi pihak yang telah terlibat dan yang punya quote, soalnya saya ambilnya ga minta ijin langsung copaste, hehe... Wassalam, stay cool 8`)

Pesan: jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan, karena dibalik itu semua pasti terdapat hikmah yang luar biasa, yang kita tidak pernah tau apa itu.

Quote:
 Kita akan mendapati kebaikan yang besar dalam kesabaran kita menerima apa yang kita tidak suka.” (benar-benar dahsyat niy kata mutiara).
“Cause everyone's perfect in unusual ways, so just wanna believe in me!” (sepenngal lirik lagu kesukaan saya).