Hi...it's been long time not to post something here. Sorry! Now, let me share my first Experience about blood donation. keep on reading, guys...!
Bermula dari acara PIL MIPA (Pekan
Ilmiah MIPA) tahun 2011. Acara ini diadakan setiap setahun sekali.
Salah satu paket acaranya adalah kegiatan donor darah. Awalnya cuma
iseng-iseng dan penasaran bagaimana rasanya saat darah itu mengalir
ke dalam kantung penyimpanan. Saya juga heran kenapa orang-orang mau
mendonorkan darah mereka, bahkan ada yang sudah menjadi anggota
tetap. Akhirnya saya pun mencoba, tapi takdir berkata lain, ternyata
saat itu Hb saya tidak mencukupi untuk melakukan donor. Dari situ
muncul rasa kesal dalam diri saya. Kenapa dengan darah saya?
Bagaimana bisa Hb-nya kurang sedangkan saya baik-baik saja, tidak
merasakan pusing sedikitpun? Tapi itulah kenyataannya, darah saya
TIDAK SEHAT! *batin saya*. Sejak kejadian itulah saya bertekad,
kedepannya ketika saya mencoba lagi harus berhasil! Donor darah pun
saya tuliskan dalam buku target di tahun 2012.
Seiring berjalannya waktu, saya pun
mencoba untuk hidup lebih sehat. Mencukupi segala asupan makanan,
lebih rajin minum susu serta jus terutama jus guava, tetapi
satu hal yang tidak bisa saya hindari yaitu begadang -.- *udah jadi
kebiasaan*. Di tengah jalan sempat terjadi keragu-raguan, melihat
kondisi badan yang semakin mengurus dan orang tua terutama ibu, tidak
setuju jika saya melakukan donor darah karena jika sudah capek saya
sering drop dan sakit pada tulang belakang (punggung). Oleh karena
itu, beberapa kesempatan untuk melakukan donor darah saya lewati.
Saya berpikir biar nanti saja, ketika acara PIL MIPA 2012 digelar
kembali. Tapi nasib kurang beruntung, saat itu saya sedang datang
tamu bulanan sehingga menyebabkan saya tidak bisa melakukan donor.
Wah, rasanya campur aduk, antara menyesal dan senang juga. Menyesal,
karena target tidak akan tercapai. Senang, karena tidak jadi
merasakan sakit ketika ditusuk jarum. Itulah yang ada dalam pikiran
saya saat itu. Sebenarnya saya TAKUT. Ternyata selain gizi yang
cukup, mental juga harus dipersiapkan. Namun, saya lupa mempersiapkan
hal yang satu ini.
Tahun 2013 tiba. Target donor darah pun
gugur seiring bergantinya tahun. Tapi, rasa penyesalan itu tidak
pernah hilang dalam benak saya. Terlebih ketika mendengar kata-kata
“donor darah” rasanya seperti telah dihantui oleh kata-kata itu.
Sampai pada suatu malam, tepatnya Selasa malam, orang tua saya sedang
mendengarkan ceramah Mesjid Raya melalui saluran radio. Saya pun ikut
mendengarkan karena kebetulan kamar kami bersebelahan dan ibu saya
sengaja mengencangkan suara radio agar saya bisa mendengarkannya
juga. Satu
hal yang saya ingat dari isi ceramah malam itu, yaitu tentang donor
darah, beliau mengatakan, “Barang siapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka dia seperti memelihara
kehidupan manusia lainnya” (Al-Maidah: 32).
Kalau saya tidak salah ingat beliau membacakan ayat tersebut. Beliau
juga menambahkan, “Subhanallah,
donor darah itu merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena dapat
memberikan kehidupan kepada orang lain”. Mendengar hal itu, saya
merinding. Seketika semangat saya untuk melakukan donor darah kembali
membara *lebay*. Dengan penuh keyakinan saya berniat, jika saya punya
kesempatan lagi, saya akan mendonorkan darah dan kali ini harus
berhasil! Setidaknya dicoba dulu, jangan ragu-ragu.
Dan
alhamdulillah,
tepat di hari Rabu, 20 November 2012 lalu, pada usia yang ke-24 tahun
(kebetulan pada 16 November baru berulang tahun *promosi) saya
berhasil menyumbangkan (sedikit) bagian dari hidup saya untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan di luar sana. Awalnya memang
sempat ragu, tapi ketika saya mengajak teman saya Kemal (cewek), dia
pun mau mencoba. Kami berdua langsung mendaftar. Sempat dikerjai juga
oleh petugas karena kami masih ragu-ragu dan kelihatan takut-takut.
Namun, akhirnya kami pun diperiksa juga. Sayangnya, Kemal tidak bisa
melakukan donor darah karena Hb-nya tidak cukup *lain kali harus
dicoba lagi ya Mal*.
Ketika
pemeriksaan saya mendapat giliran tes kecukupan Hb (?) terlebih dulu
sedangkan Kemal mendapat giliran tensi darah serta tanya-jawab
seputar penyakit-penyakit yang pernah diderita. Kemudian kami pun
bertukar posisi. Ketika Kemal berada di posisi saya sebelumnya,
petugasnya langsung mengatakan ke teman di sebelahnya, “Ini ga
bisa, Hb-nya ga cukup”, saya yang sedang diperiksa oleh temannya
itu langsung nyeletuk, “Lho, bang, kok saya nggak dibilang apa-apa
tadi?”, kemudian dia pun menjawab, “Kamu bisa, Hb-nya cukup”.
Apa? Ketakutan pun mulai merasuki diri saya. Teringat akan perkataan
ibu saya yang dulu, “Gimana kalau misalkan nanti habis siap donor
kamu masuk rumah sakit?”, tapi saya juga teringat dengan apa yang
dikatakan oleh penceramah di Mesjid Raya itu! Ketika hati dan pikiran
saya berseteru, petugas yang sedang memeriksa saya pun bilang,
“Tekanan darah kamu bagus dan semuanya normal. Bawa formulir ini ke
mobil bus yang disana, agar darahnya bisa diambil”.
Sempat
berpikiran untuk tidak datang ke mobil itu, karena sekarang yang saya
rasakan hanyalah ketakutan. Teman-teman saya yang lain pun ikut
menghibur saya, kalau memang tidak yakin mending tidak usah saja.
Tapi, karena keyakinan dan niat sebelumnya, saya pun mengatakan dalam
hati, “Mungkin
ini kesempatan yang dulu sempat tertunda! Sekaranglah saatnya! Ayo,
the show must go on!!”.
Akhirnya setelah mengumpulkan mental dan seluruh jiwa raga, saya pun
memutuskan untuk menuju ke mobil bus yang bertuliskan “Donor Darah”
itu. Sebelumnya saya meminta Kemal untuk menemani saya, karena takut
terjadi apa-apa nantinya. Begitu sampai di mobil, saya pun disapa
ramah oleh ibu yang cantik dan saya pun disuruh berbaring. Beliau
sempat tertawa karena pembuluh vena saya sangat kecil, katanya lebih
besar jarum dari pada uratnya. Sehingga menyulitkan proses
pengambilan darah. Saya sempat bertanya dalam hati, memangnya
jarumnya sebesar apa? Kemudian beliau memeriksa pembuluh vena di
tangan sebelah kiri saya, daaaan...yatta!
Beliau mengatakan yang ini lebih lumayan. Ketika beliau sedang
mempersiapkan kantung dan beberapa bahan lain, saya pun melihat
jarumnya. Daaaan...Wuaaahh!!! Saya terperanjat *lebay* Ternyata
jarumnya lebih besar dari jarum suntik yang biasa saya gunakan untuk
mengisi tinta printer *ya elaahhh, beda kalee* Bisa dibilang jarumnya
sebelas-duabelas dengan jarum goni *sebenarnya ga tau juga seberapa
gede jarum goni, lol xD*.
Akhirnya,
proses pengambilan darah mau tak mau harus dimulai. Seiring dengan
masuknya jarum ke pembuluh vena, semua pertanyaan dan rasa penasaran
saya selama ini terjawab sudah. Ternyata setelah semuanya terjadi,
seharusnya tidak ada yang perlu saya takutkan. Toh rasanya tidak beda
dari suntikan biasa. Dan setelah jarum masuk, proses aliran darah
dari pembuluh ke dalam kantung sedikitpun tidak terasa. Tak lupa saya
menyuruh Kemal untuk mengabadikan momen yang sangat berharga ini.
Berulang-ulang kali dengan wajah berseri-seri saya perhatikan setiap
aliran darah yang masuk ke dalam kantung. Dalam hati, saya sangat
bangga. Akhirnya, saya berhasil melakukannya.
NB:
saya sadar, ternyata ketika ingin melakukan sesuatu harus benar-benar
dengan niat yang tulus. Karena, jika masih ada keraguan dalam hati,
hasil yang diinginkan juga enggan menyapa kita. Dan jangan pernah
menunda-nunda jika ada kesempatan, karena penyesalan selalu datang
diakhir. Jangan pernah takut untuk melakukan donor darah, karena apa
yang terjadi di lapangan ternyata tidak sesulit dengan apa yang kita
pikirkan. Saya rasa, usia 24 tahun sudah terlambat untuk mulai
melakukan donor darah.
“Masih
mau donor darah setelah ini?”
“Insyaallah,
kalau bisa dan punya kesempatan”.
I'll see you in my next targets.
"Welcome to
Super Show"
LOL xD
"If your dream is alive, then one day it will come true".
(SNSD's Seohyun)
_Nid_
241113