Senin, 25 November 2013

2012: Target Yang Sempat Mati

Hi...it's been long time not to post something here. Sorry! Now, let me share my first Experience about blood donation. keep on reading, guys...!


Bermula dari acara PIL MIPA (Pekan Ilmiah MIPA) tahun 2011. Acara ini diadakan setiap setahun sekali. Salah satu paket acaranya adalah kegiatan donor darah. Awalnya cuma iseng-iseng dan penasaran bagaimana rasanya saat darah itu mengalir ke dalam kantung penyimpanan. Saya juga heran kenapa orang-orang mau mendonorkan darah mereka, bahkan ada yang sudah menjadi anggota tetap. Akhirnya saya pun mencoba, tapi takdir berkata lain, ternyata saat itu Hb saya tidak mencukupi untuk melakukan donor. Dari situ muncul rasa kesal dalam diri saya. Kenapa dengan darah saya? Bagaimana bisa Hb-nya kurang sedangkan saya baik-baik saja, tidak merasakan pusing sedikitpun? Tapi itulah kenyataannya, darah saya TIDAK SEHAT! *batin saya*. Sejak kejadian itulah saya bertekad, kedepannya ketika saya mencoba lagi harus berhasil! Donor darah pun saya tuliskan dalam buku target di tahun 2012.

Seiring berjalannya waktu, saya pun mencoba untuk hidup lebih sehat. Mencukupi segala asupan makanan, lebih rajin minum susu serta jus terutama jus guava, tetapi satu hal yang tidak bisa saya hindari yaitu begadang -.- *udah jadi kebiasaan*. Di tengah jalan sempat terjadi keragu-raguan, melihat kondisi badan yang semakin mengurus dan orang tua terutama ibu, tidak setuju jika saya melakukan donor darah karena jika sudah capek saya sering drop dan sakit pada tulang belakang (punggung). Oleh karena itu, beberapa kesempatan untuk melakukan donor darah saya lewati. Saya berpikir biar nanti saja, ketika acara PIL MIPA 2012 digelar kembali. Tapi nasib kurang beruntung, saat itu saya sedang datang tamu bulanan sehingga menyebabkan saya tidak bisa melakukan donor. Wah, rasanya campur aduk, antara menyesal dan senang juga. Menyesal, karena target tidak akan tercapai. Senang, karena tidak jadi merasakan sakit ketika ditusuk jarum. Itulah yang ada dalam pikiran saya saat itu. Sebenarnya saya TAKUT. Ternyata selain gizi yang cukup, mental juga harus dipersiapkan. Namun, saya lupa mempersiapkan hal yang satu ini.

Tahun 2013 tiba. Target donor darah pun gugur seiring bergantinya tahun. Tapi, rasa penyesalan itu tidak pernah hilang dalam benak saya. Terlebih ketika mendengar kata-kata “donor darah” rasanya seperti telah dihantui oleh kata-kata itu. Sampai pada suatu malam, tepatnya Selasa malam, orang tua saya sedang mendengarkan ceramah Mesjid Raya melalui saluran radio. Saya pun ikut mendengarkan karena kebetulan kamar kami bersebelahan dan ibu saya sengaja mengencangkan suara radio agar saya bisa mendengarkannya juga. Satu hal yang saya ingat dari isi ceramah malam itu, yaitu tentang donor darah, beliau mengatakan, “Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka dia seperti memelihara kehidupan manusia lainnya” (Al-Maidah: 32). Kalau saya tidak salah ingat beliau membacakan ayat tersebut. Beliau juga menambahkan, “Subhanallah, donor darah itu merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena dapat memberikan kehidupan kepada orang lain”. Mendengar hal itu, saya merinding. Seketika semangat saya untuk melakukan donor darah kembali membara *lebay*. Dengan penuh keyakinan saya berniat, jika saya punya kesempatan lagi, saya akan mendonorkan darah dan kali ini harus berhasil! Setidaknya dicoba dulu, jangan ragu-ragu.

Dan alhamdulillah, tepat di hari Rabu, 20 November 2012 lalu, pada usia yang ke-24 tahun (kebetulan pada 16 November baru berulang tahun *promosi) saya berhasil menyumbangkan (sedikit) bagian dari hidup saya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan di luar sana. Awalnya memang sempat ragu, tapi ketika saya mengajak teman saya Kemal (cewek), dia pun mau mencoba. Kami berdua langsung mendaftar. Sempat dikerjai juga oleh petugas karena kami masih ragu-ragu dan kelihatan takut-takut. Namun, akhirnya kami pun diperiksa juga. Sayangnya, Kemal tidak bisa melakukan donor darah karena Hb-nya tidak cukup *lain kali harus dicoba lagi ya Mal*.

Ketika pemeriksaan saya mendapat giliran tes kecukupan Hb (?) terlebih dulu sedangkan Kemal mendapat giliran tensi darah serta tanya-jawab seputar penyakit-penyakit yang pernah diderita. Kemudian kami pun bertukar posisi. Ketika Kemal berada di posisi saya sebelumnya, petugasnya langsung mengatakan ke teman di sebelahnya, “Ini ga bisa, Hb-nya ga cukup”, saya yang sedang diperiksa oleh temannya itu langsung nyeletuk, “Lho, bang, kok saya nggak dibilang apa-apa tadi?”, kemudian dia pun menjawab, “Kamu bisa, Hb-nya cukup”. Apa? Ketakutan pun mulai merasuki diri saya. Teringat akan perkataan ibu saya yang dulu, “Gimana kalau misalkan nanti habis siap donor kamu masuk rumah sakit?”, tapi saya juga teringat dengan apa yang dikatakan oleh penceramah di Mesjid Raya itu! Ketika hati dan pikiran saya berseteru, petugas yang sedang memeriksa saya pun bilang, “Tekanan darah kamu bagus dan semuanya normal. Bawa formulir ini ke mobil bus yang disana, agar darahnya bisa diambil”.

Sempat berpikiran untuk tidak datang ke mobil itu, karena sekarang yang saya rasakan hanyalah ketakutan. Teman-teman saya yang lain pun ikut menghibur saya, kalau memang tidak yakin mending tidak usah saja. Tapi, karena keyakinan dan niat sebelumnya, saya pun mengatakan dalam hati, “Mungkin ini kesempatan yang dulu sempat tertunda! Sekaranglah saatnya! Ayo, the show must go on!!”. Akhirnya setelah mengumpulkan mental dan seluruh jiwa raga, saya pun memutuskan untuk menuju ke mobil bus yang bertuliskan “Donor Darah” itu. Sebelumnya saya meminta Kemal untuk menemani saya, karena takut terjadi apa-apa nantinya. Begitu sampai di mobil, saya pun disapa ramah oleh ibu yang cantik dan saya pun disuruh berbaring. Beliau sempat tertawa karena pembuluh vena saya sangat kecil, katanya lebih besar jarum dari pada uratnya. Sehingga menyulitkan proses pengambilan darah. Saya sempat bertanya dalam hati, memangnya jarumnya sebesar apa? Kemudian beliau memeriksa pembuluh vena di tangan sebelah kiri saya, daaaan...yatta! Beliau mengatakan yang ini lebih lumayan. Ketika beliau sedang mempersiapkan kantung dan beberapa bahan lain, saya pun melihat jarumnya. Daaaan...Wuaaahh!!! Saya terperanjat *lebay* Ternyata jarumnya lebih besar dari jarum suntik yang biasa saya gunakan untuk mengisi tinta printer *ya elaahhh, beda kalee* Bisa dibilang jarumnya sebelas-duabelas dengan jarum goni *sebenarnya ga tau juga seberapa gede jarum goni, lol xD*.

Akhirnya, proses pengambilan darah mau tak mau harus dimulai. Seiring dengan masuknya jarum ke pembuluh vena, semua pertanyaan dan rasa penasaran saya selama ini terjawab sudah. Ternyata setelah semuanya terjadi, seharusnya tidak ada yang perlu saya takutkan. Toh rasanya tidak beda dari suntikan biasa. Dan setelah jarum masuk, proses aliran darah dari pembuluh ke dalam kantung sedikitpun tidak terasa. Tak lupa saya menyuruh Kemal untuk mengabadikan momen yang sangat berharga ini. Berulang-ulang kali dengan wajah berseri-seri saya perhatikan setiap aliran darah yang masuk ke dalam kantung. Dalam hati, saya sangat bangga. Akhirnya, saya berhasil melakukannya.


NB:
saya sadar, ternyata ketika ingin melakukan sesuatu harus benar-benar dengan niat yang tulus. Karena, jika masih ada keraguan dalam hati, hasil yang diinginkan juga enggan menyapa kita. Dan jangan pernah menunda-nunda jika ada kesempatan, karena penyesalan selalu datang diakhir. Jangan pernah takut untuk melakukan donor darah, karena apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak sesulit dengan apa yang kita pikirkan. Saya rasa, usia 24 tahun sudah terlambat untuk mulai melakukan donor darah.

“Masih mau donor darah setelah ini?”
“Insyaallah, kalau bisa dan punya kesempatan”.

I'll see you in my next targets.
"Welcome to Super Show" 
LOL xD


"If your dream is alive, then one day it will come true".
(SNSD's Seohyun)

_Nid_
241113